Sabtu, 10 September 2016

PEMBIBITAN BELUT


A.      Wadah Pembibitan Belut



teknik pembibitan belut
wadah pembibitan belut

Saat ini, wadah yang digunakan pada pembibitan belut tidak harus menggukan wadah yang berukuran luas. Bahkan, pembenihan belut dapat diaplikasikan di lahan sempit. Wadah pembenihan yang bisa digunakan berupa bak atau kolom beukuran 5 m x3 m x 1 m. Selain itu, durum atau toren bekas juga dapat dignakan sebagai wadah pembenihan asalkan masih bagus dan mampu menahan air. Berikut adalah kriteria wadah yang dapat digunakan sebagai wadah pembibitan belut.
1)      Mampu menahan volume air.
2)      Mampu menahan lumpur.
3)      Kuat dan tidak bocor.
4)      Sesuai dengan volume produksi yang diinginkan.
5)      Mudah dalam sirkuasin air.
6)      Mudah dalam pergantian media.
7)      Mudah pemanenan

Wadah yang harus ada dalam pembibitan belut antara lain adalah kolam pemeliharaan induk, kolam pemijahan, dan kolam pendederan. Kolam pemeliharaan atau penampung induk merupakan kolam yang berfungsi untuk menampung induk belut sebelum atau sesudah dipijahkan.  Kolam ini minimal harus ada sua buah. Satu untuk induk jantan dan satu lagi untuk induk betina. Kolam ini harus menggunakan substart lumpur dengan dasarya untuk membuat induk merasa nyaman sehingga seperti habitat aslinya.

Kolam kedua yang harus ada dalam pembibitan belut adalah kolam pemijahan. Akan tetapi, wadah ni juga berfungsi sebagai tempat penetasan telur dan pemeliharaan benih belut sampai ukuran 2 cm. Kolam harus memenuhi syarat yang bisa mebuat induk merasa nyaman untuk melakukan pemijahan. Selain itu, media yang digunakan sebagai substart pemijahan juga harus kaya akan nutrisi yang akan digunakan induk dan anak-anak belut. Kapasitas induk yang ditebar di dalamnya harus sesuai dengan ukuran kolam. Untuk padat tebar induk yang ideal pada wadah seluas 1 m x 2 m adalah 2 set indukan, yaitu 2 ekor jantan dan 8 ekor betina.

                Kolam ketiga adalah kolam pendederan. Kolam ini disiapkan untuk memelihar bibit belut sampai ukuran 8-15 cm. Ukuran ini merupakan ukuran aman bagi benih belut untuk dibesarkan, terutama pada air bening. Biasanya kolam pendederan terdiri dari dua jenis. Pertama adalah kolam pendederan untuk medederkan benih berukuran 2-5 cm dengan padat tebar 500 ekor/meter persegi. Kadua adalah kolam untuk medederka benih 5-8 cm dengan padat tebar 200 ekor/meter persegi dan bertujun menghasilkan benih berukuran rata-rata 15 cm.


B.     Media Pembibitan Belut



Dalam membibitkan belut, diperlukan media sebagai substart induk ketika melakukan pemijahan. Hal tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan pemijahan. Selain itu, pengadaan media juga bertujuan untuk menyeuaikan induk dengan habitat aslinya.
1.       Menyiapkan media pemenihan
Sebelut pembibitan belut dilakukan, perlu dipersiapkan media yang cocok untuk belut agar mau mejah dan menghasilkan telur dalam yang optimal. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam menyiapkan media pembibitan belut.

a)      Siapkan wadah dengan ketinggian 60-80 cm.
b)      Isi dasar dengan jerami setinggi 10 cm
c)       Masukka pupuk kandang (kotoran sapi atau kotoran kerbau) setinggi 5 cm.
d)      Masukkan lumpur sawah setinggi 5 cm.
e)      Masukkan jerami dengan setinggi 10 cm.
f)       Masukkan pupuk kandang dengan ketinggian 10 cm.
g)       Masukkan lumpur sawah setinggi 5 cm.
h)      Tambahkan air hingga ketinggian 5 cm di atas media.
i)        Tambahkan larutan biokomposer kedalam media dengan perbandingan dengan air 1 : 8 per meter cubik.
j)        Biarkan media yang sudah disiapkan selama satu bulan.
k)      Lakukan sirkulasi/ganti air setiap hari sehigga media mengendap dan air di atas media menjadi bening.


2.       Mengecek kesiapan media pembibitan belut

Setelah kurang lebih 3-4 minggu persiapan media, harus dilakukan pengecekan pada media tersebut sebelum memasukkan indukan  belut kedalam wadah. Berikut adalah cara mengecek kesiapan media pembenihan belut.


a)      Tusukkan kayu/bambu kedalam media.
b)      Jika masih ada gelembung yang keruh dan berbau, media belum siap digunakan.
c)       Jika gelembung bening dan tidak berbau,media siap digunakan.
d)      Cara menguji kesiapan media bisa juga dilakukan dengan cara lain, yaitu menggunakan jentik nyamuk. Kalau jenti-jentik nyamuk ternyata mati, berarti proses pelapukan masih berlangsung. Sebaliknya, kalau jentik-jentik nyamuk masih hidup, berarti media sudah aman untuk dimasuki belut.


C.      Induk belut siap pijah


teknik pembibitan belut
indukan belut

Untuk kebutuhan induk yang akan dipijahkan, diperlukan induk jantan dan betina yang masing-masing berbeda ukuran. Perbedaan ukuran dapat dibedakan berdasarkan umur. Berikut adalah perbedaan belut jantan dan betina.
1.        Belut yang panjangnya antara 20-29 cm, umur 4-9 bulan. Belut ini merupakan induk betina yang sudah siap kawin. Bentuk kepala runcing. Warna kulit hijau muda pada punggung dan putih kekuningan pada perut.
2.       Belut yang panjangnya 40—50 cm, berfugsi sebagai induk jantan. Bentuk kepala tumpul. Warna kulit abu-abu, gelap.

Banyaknya belut yang dimasukkan ke dalam wadah pemijahan adalah 1 ekor jantan dan 4 ekor betina untuk kolam seluas 1 meter persegi. Jika kolam memiliki luas 10 meter persegi, diperlukan 10 ekor belut jantan dan 40 ekor belut betina.

Waktu penebaran induk yang tepat sebaiknya dilakukan pada sore hari atau mejelang magrib. Hal tersebut dilakukan mengingat belut merupakan ikan nokturnal yang aktif pada malam hari. Jika penebaran dilakukan pada pagi atau siang hari, dikhawatirkan induk akan menjadi stres, behkan tidak mau mamijah.

Penabaran indu harus dilakukan secara hati-hati. Caranya adalah dengan memasukkan induk kedalam wadah kecil (misalnya ember) lalu memaksukkannya kedalam wadah pemijahan. Saat penebaran, induk dibiarkan keluar sendiri dari ember dan masuk kedalam wadah pemijahan.

Setelah induk dimasukkan kedalam wadah pemijahan, dilakukan pemberian pakan tambahan.contah dari pakan tersebut adalah ikan cere dan cacing. Pakan tambahan yang diberikan jangan terlalu banyak. Hal ini mengingat pakan yang utama sudah berasal dari media yang memang jadi sumber nutrisi bagi belut.


D.      Pemijahan belut

telur belut



Setelah induk dimasukkan dalam kolam pemijahan, wadah pamijahan sebaiknya ditutup. Penutupnya dapat berupa tanaman air seperti eceng gondok atau dengan anyaman bambu untuk menciptakan suasana lembab dan gelap, sebagaimana habitat alami belut di alam. Selain itu, untuk meningkatkan presentase pemijahan, harus tercipta kondisi yang tenang dan nyaman bagi belut. Oleh karena itu, letak wadah pemijahan sebaiknya jauh dari kebisingan dan lalulalang orang. Dengan demikian, induk tidak merasa terganggu ketika melakukan proses pemijahan.




1.       Syarat pemijahan bibit belut
Jika melihat pada tingkah lakunya, belut merupakan hewan teritorial. Teritorial disini maksudnyaadalah hewan yang memiliki wilayah kekuasaan sendiri. Biasanya hal ini akan terjadi pada masa-masa tertentu, misalnya saat pemijahan. Dengan demikian, harus diciptakan kondisi yang nyaman sehingga belut akan memijah.

                Untuk mendapatkan kondisi nyaman dan induk sukses memijah, perlu beberapa syarat. Berikut adalah syarat-syarat agar induk merasa nyaman sehingga sukses melakukan pemijahan.
a.       Induk telah matang gonat.
b.      Penebaran induk dalam wadah jangan terlalu padat.
c.       Media kaya nutrisi.
d.      Media dasar gemur, liat, dan tidak mudah runtuh.
e.      Air bening dan setinggi 5 cm dari media dasar.
f.        Jangan ada gangguan selama proses pemijahan, termasuk pemberian pakan.


2.       Prose pemijahan bibit belut



Untuk pemijahan, belut memiliki cara tersendiri dalam melakukannya. Jika kebanyakan ikan meletakkan telur pada media atau substart seperti ranting, ijuk, atau daun; belut memiliki cara yang berbeda. Belut meltakkan telur-telurnya di dalam gelembung-gelembung udara yang diciptakan dari pejantan. Selain itu, induk jatan akan membuat sarang terlebih dahulu sebelum pemijahan dilakukan. Sarang yang dibentuk berbentuk huruf ‘U’ yang kedua lubangnya saling berhubunngan.

Tahap pertama yang dilakukan dalam pemijahan adalah pembuatan sarang atau lubang oleh induk jantan. Setelah lubang pemijahan selesai dibuat, biasanya belut akan diam selama beberapa hari. Setelah merasa aman dari gangguan, belut janatan akan mengeluarkan gelembung busa ke atas permukan airtepat di atas lubang. Gelembung-gelembung yang dibuat jantan bertujuan untuk menarik perhatian belut betina sehingga mau mengeluarkan telur dan menempatkannya pada gelembung tersebut.

Jika belut betina sudah menempatkan telurnya pada gelembung, belut jantan akan segera membuahinya dengan spermanya. Setelah itu belut janatan akan memindahkannya ke dalam sarang. Caranya adalah dengan menghisap gelembung berisi telur terbuahi ke dalam mulutnya, lalu melatakkannya di dalam sarang atau lubang pemijahan yang telah dibuatnya. Selanjutnya belut jantan akan keluar dari lubang satunya agar telur yang telah berada di dalam lubang tidak terganggu.

Biasanya satu induk betina bisa mengeluarkan 100-200 butir telur, tergantung usia dan ukuran induk. Berdasarkan pengalaman, dari telur ang dikeluarkan betina hanya sekitar 50-70 persen saja yang menetas. Sementara itu, dari semua telur yang menetas, hanya 50-70 persen saja yang mampu bertahan hidup sampai ukuran 5 cm. Telur akan menetas 8-15 hari setelah pemijahan terjadi. Hal tersebut dipengaruhi oleh suhu, pH,atau ada tidaknya hama di dalam wadah pemijahan.



3.       Pelakuan pascapemijahan bibit belut


anak belut


Biasanya induk betina yang melakukan pemijahan akan memasuki masa transisi atau perubahan dari induk betina ke induk jantan. Pada masa itu tingkah lakunya akan menjadi sangat agresif. Andaik jika tidak berda dalam masa transisi pun induk betina akan merasa sangat lapar setelah melakukan pemijahan sehingga akan segera mencari makan. Pada masa itulah anak-anak belut yang baru menetas berada dalam bahaya. Oleh karena itu, induk betina yang sudah memijah harus segera dipindahkan kembali ke kolam penampungan induk. Caranya adalah dengan menggunakn perangkap (bubu/poso) yang sudah dimasukkan di dalam wadah
.
Anak-anak belut akan dijaga oleh induk jantan dalam kurun waktu sekitar 15 hari. Induk jantan akakn mengelilingi sarangnya dengan melingkarkan badannya tepat diatas lubang. Setelah 15 hari, induk jantan akan mulai meninggalkan sarang dan mecari makan. Jika sudah terjadi demikian, sebaiknya induka jantan juga dipindahkan ke kolam penampungan induk dengan cara yang sama seperti pada induk betina.


E.       Mendederkan bibit belut

anak belut

Setelah telur menetas, induk akan mengasuh anak-anaknya sampai umur sekitar 15 hari. Induk yang sedang menjaga anak-anaknya akan terlihat melingkari lubang penetasannya.msetelah anak-anaknya dirasa cukup besar, induk akan mulai meninggalkan sarang dan mecari makan. Pada saat itulah benih-benih sudah dapat dipindahkan.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memelihara benih belut, yaitu sebagai berikut.
i)                    Induk belut harus dipindahkan, terutama betina karena dikhawatirkan sudah memasuki masa transisi menjadi induk jantan belut dan bersifat agresif.
ii)                   Benih jangan dulu diusik, termasuk pemberian pakan, sampai berumur 15-30 hari. Pasokan pakan masih berasal dari kuning telur dan plankton. Benih yang berumur satu bulan akan memiliki panjang rata-rata 5 cm.
iii)                 Pindahkan benih yang berukuran 5 cm ke kolam pendederan
iv)                 Pemindahan benih jangan sampai mengenai tubuhnya secara langsung, tetapi dengan  mengangkat benih bersama dengan medianya.

1.       Media pendederan bibit belut

Untuk mendederkan bibit belut berumur satu bulan, diperlukan media yang sama seperti pemijhan. Akan tetapi, media dibuat dengan ketebalan sekitar 10-15 cm saja. Hal itu bertujuan untuk memudahkan proses pemindahannya kelak. Upayakan media telah diolah menjadi gembur, lembut, dan kaya nutrisi (mineral dan plankton) sehingga benih tidak kekurangan pakan.

2.       Pendederan bibit belut



Secara umu pendederan belut dilakukan dua tahap. Tahap pertama adalah mendederkan benih belut sampai berukuran 8-10 cm. Sementara itu, pendederan tahap kedua bertujuan untuk mendapatkan benih belut berukuran sektar 15 cm.

Pada pendederan pertama, bibit belut jangan diberikan pakan tambahan dari luar. Hal tersebut dapat mengganggu kenyamanan benih dan mengakibatkan stres. Kepadatan benih pada pendederan pertama dibuat 100 ekor/meter persegi. Pada pendederan kedua, benih sudah dapat diberikan pakan dari luar, seprti cacing sutera, jentik nyamuk, atau kutu air. Kepadatan benih pada pendederan kedua ini antara 40-50 ekor/meter persegi. Tiap-tiap masa pendederan berlangsung dalam kurun waktu sekitar dua bulan umur bibit belut.

1 komentar: